Membangun Penghargaan Terhadap Tari Tradisional

Oleh  : Ibu Siti Nafisah, S.Pd

  (Guru Mapel Seni Budaya)

Jika kita jalan-jalan, sering kita menjumpai pemandangan unik di sudut-sudut lampu merah ( lampu lalu lintas ). Di tempat itu kita sering menyaksikan tarian tradisional yang diperankan oleh sekelompok pengamen. Mereka menampilkan tari tradisional dengan mental dan psikologi yang hebat dan penuh keberanian. Semua itu dilakukan demi untuk mempertahankan hidupnya, yaitu mencari sesuap nasi. Tidak setiap insan mampu dan sanggup melakukan hal itu. Oleh sebab itu, sungguh tidak bijaksana manakala kita lewat di lampu merah bangjo menjumpai pengamen tari tradisional lantas kita mencibir atau mengeluh sinis. Justru mereka patut diacungi jempol sebab mereka telah menyadarkan dan mengingatkan kita akan budaya luhur kita, yaitu tari tradisional. Yang menjadi pemikiran kita adalah : bagaimana sikap kita dengan merebaknya pemandangan itu?

Membangun Penghargaan

Berdasarkan pengamatan penulis, tari tradisional yang sering penulis saksikan adalah tari tradisional kuda lumping. Begitu menyaksikan tarian itu, penulis sangat trenyuh dan sangat kagum. Mengapa demikian? Sebab para pengamen itulah yang menjadi bagian komunitas yang peduli nguri-nguri budaya tradisional ( tari tradisional ). Apa yang mereka lakukan merupakan salah satu bentuk melestarikan budaya daerah terutama tari tradisional. Oleh sebab itu, kita perlu membangun penghargaan dalam rangka menghargai pelestarian tari tradisional.

Langkah perdana untuk menghargai atau mengapresiasi sebuah aktifitas atau tindakan pengamen tari tradisional, harus dimulai dengan membangun kesadaran tentang pentingnya tari tradisional dalam kehidupan manusia. Tari tradisional disebut punya peran strategis dalam pelestarian nilai-nilai luhur budaya kita dalam hal kemanfaatan untuk membangun jiwa dan sikap mental insani dalam perseorangan maupun kemasyarakatan. Pada masyarakat modern, penghargaan terhadap seni tari tradisional bias menjadi ukuran status kecendekiaan dan kematangan mental seseorang. Ini bisa terjadi sebab dalam sebuah karya seni tari tradisional akan ditemukan beragam value (nilai) yang akan memperdaya jiwa penikmat tari tersebut. Oleh sebab itu, tanpa hasrat untuk memperkaya jiwa dengan mengambil nilai-nilai yang terkandung didalamnya maka semangat mengapresiasi tari tradisional bisa kehilangan daya dorongnya. Ahmad Tohari sastrawan dan budayawan pernah berkata bahwa langkah pertama untuk menghargai atau mengapresiasi sebuah karya sastra harus dimulai dengan membangun kesadaran tentang urgennya kesusastraan dalam kancah kehidupan manusia. Ini berarti bahwa seni tari tradisional eksistensinya juga perlu diapresiasi sebab juga bagian dari seni budaya luhur masyarakat kita.

Dunia tari adalah dunia bakat dan ketrampilan. Oleh sebab itu tari tradisional adalah media untuk mengembangkan kemampuan bakat dan keterampilan seseorang. Bakat dan keterampilan merupakan faktor yang esensi dalam pengembangan sumberdaya kemanusiaan. Selain bakat atau keterampilan, imajinasi juga diperlukan oleh penari untuk tampil kreatif dan eksotis. Daya imajinasi sangatlah penting dalam rangka membangun dan mengembangkan sumberdaya manusia. Bahkan Albert Einstein pernah mengatakan bahwa imajinasi seseorang bekerja mendahului intelektualitasnya. Disinilah perlunya penghargaan bagi setiap insan dalam rangka memberi motivasi bagi para pengamen seni tari tradisional. Adapun penghargaan itu bisa berupa pembinaan dan pelatihan pada mereka. Dengan dibekali keterampilan dan metode menari yang handal, mereka bisa diberi kesempatan untuk menari tari tradisional ditempat-tempat objek wisata atau dipromosikan untuk bisa ditampilkan ditempat-tempat acara pernikahan atau khitanan. Dengan demikian mereka akan memiliki derajat hidup yang layak.

Siapa yang harus menghargai seni tari tradisional? Yang harus menghargai, mencintai, bahkan menikmati adalah kita. Hidup matinya tari tradisional adalah bergantung kita. Bergengsi tidaknya tari tradisional juga bergantung kita.

Televisi dan Media Sosial

Tari tradisional juga perlu ditayangkan secara langsung baik di TV maupun di media sosial. Peran televisi dan media social sangat strategis dalam rangka mengembangkan dan melestarikan budaya luhur nenek moyang kita, dengan cara ini kita bisa merasakan betapa seni tari tradisional banyak mengandung aspek edukasi atau pendidikan. Setidaknya dunia maya di era digital ini ikut serta mengembangkan dan nguri-uri budaya yang adi luhung itu, yaitu tari tradisional. Dua sarana yang strategis itu sangatlah penting dalam melestarikan dan membudayakan tari yang hakikatnya penuh dengan makna dan nilai-nilai kehidupan penting. Dan kita sebagai pemirsa TV dan  pengguna medsos juga harus mencintai tari tradisional tersebut. Dengan demikian tari tradisional tetap menyatu dengan masyarakat di era globalisasi.