Tari Tradisional di Tengah Transformasi Industri

Siti Nafisah, S. Pd.

(Guru Seni Budaya SMP N 2 Kendal)

Eksistensi tari tradisional dewasa ini semakin tergerus dengan hadirnya beragam tari  modern. Berkembangnya revolusi industri melahirkan pengaruh kuat di tengah masyarakat pecinta tari, khususnya tari tradisional. Karya tari banyak dipengaruhi oleh bentuk ruangan. Ruangan tersebut bisa berupa munculnya transformasi industri.

Perkembangan industri secara esensi berdampak kuat pada perkembangan seni tari yang menyeruak. Transformasi industri mampu melahirkan fenomena modern dalam wacana seni tari. Adanya transformasi industri memunculkan kehidupan masyarakat menjadi  lebih modern. Segala aspek dalam kehidupannya serba kekinian, termasuk dalam kehidupan wacana seni tari. Tari-tari modern pada perkembangannya semakin lekat dengan masyarakat. Sebaliknya, seni tari tradisional kian hari kian terkikis dan terpinggirkan eksistensinya. Dengan demikian, jika tidak ada komunitas yang peduli, maka tari tradisional bisa punah secara total. Kalau hal ini terjadi, dunia tari akan kehilangan tari yang penuh makna itu. Yang menjadi problema adalah : bagaimana eksistensi tari tradisional di era transformasi industri agar tetap eksis dan tetap dilestarikan oleh masyaratkat?

Zaman Kuno

Sebelum ditemukannya tari-tari modern, hampir seluruh karya seni tari berupa tari tradisional sangat eksis. Meski hanya diiringi musik sekedarnya, tarian tradisional mampu tampil dan memukau masyarakat. Yang termasuk tari tradisional misalnya tari kuda lumping, tari ini di era 70-an dan 80-an sangat menggemparkan masyarakat. Hampir seluruh lapisan masyarakat terpukau. Tari kuda lumping dikenal juga dengan istilah Tari Ebeg. Tari ini yang hingga kini masih banyak bermunculan, missal di lampu bang jo lalu lintas.

Selain tari kuda lumping, tari tradisional yang lain misalnya tari bedhaya ketawang, tari gambyong, tari bondan, tari srimpi, tari kethek ogleng, dan tari sintren. Tari-tari tersebut banyak dimainkan sebagai penghibur dalam suatu acara atau sebagai pengisi pada acara resepsi  dan peringatan hari-hari besar nasional.

Di zaman kuno, tari tradisional selain sebagai “Art Pour Art” juga sebagai perekat pemersatu masyarakat. Dalam tari tradisional secara esensi termuat aspek-aspek kesatuan dan kegotong royongan yang mampu mempersatukan masyarakat dalam mengarungi kehidupan. Dengan demikian tari tradisional juga memiliki fungsi humanisal and social. Jika ditelaah lebih mendalam, tari tradisional juga mengandung petuah luhur yang beraspek value social, religi, dan humanism. Pada zaman itu perannya begitu besar dalam memberi pendidikan kepada masyarakat .

Zaman Impresionisme

Zaman impresionisme dimaknai sebagai zaman awal gaya hidup modern, termasuk dalam wacana kehidupan seni tari. Era ini muncul setelah abad ke-16. Di era ini mulai muncul garapan baru modern. Orang menyebutnya zaman ini sebagai tonggak dimulai “Revolusi Instrumentasi”, metode maupun sumber metode garapan tari. Peranan music instrumental pada zaman ini begitu pesat kemajuannya. Seni musik pada masa ini mulai menggunakan alat-alat flute, hobo bason, keyboard dan alat musik petik.

Secara esensi, dalam pentas resmi atau apresiasi music, alat-alat seperti viola diamone, trompet,  dan keyboard merupakan sebuah hal yang bisa mempengaruhi perkembangan tari. Mengapa demikian? Sebab seni tari pada perkembangannya selalu diiringi music, termasuk dalam hal ini seni tari tradisional. Tari modern saat ini banyak diminati kawula muda sebab iringan musiknya adalah musik modern. Bagaimanapun tari dan alat musik tidak bisa dipisahkan.

Harus diakui, karya-karya musik pada zaman impresionisme ditandai oleh penggunaan akord-akord disonon yang waktu itu dianggap dan dipandang menyimpang dari kaidah yang ada dalam masyarakat. Paduan nada yang kurang disenangi justru menjadi mode, khususnya untuk memasyarakatkan seni modern. Pada zaman ini muncul clarinet, violin, trompet, horn, dan glockenspiel mulai digemari masyarakat.

Jadi perkembangan alat musik sangat berdampak pada musik pengiring seni tari, terutama tari tradisional. Hal inilah yang mengkhawatirkan akan punahnya seni tari tradisional di era transformasi industri.

Paradigma Solusi

Munculnya musik dan tari modern sangatlah berdampak pada eksistensi tari tradisional. Kawula muda masa transformasi industri sangatlah berfenomena lebih menggandrungi musik-musik dan tari-tarian modern ketimbang tari tradisional, terutama masyarakat milenial dan zaman now. Tari tradisional sering dianggap lebih sulit gerakannya kampungan, tertinggal, dan kurang popular. Oleh sebab itu, maka penulis memberikan beberapa solusi agar tari tradisional tetap eksis. Adapun solusi yang dimaksud adalah berikut ini.

Pertama, perlunya modifikasi tari tradisional dalam hal iringan musik, kostum, maupun penampilannya dengan kemasan modern sehingga sedemikian rupa terimage tari yang beraroma modern. Dengan paradigma ini, tari tradisional akan bisa lebih akrab dan bersahabat dengan masyarakat zaman now ditengah gencarnya revolusi industri.

Kedua, seringnya diadakan festifalisasi tari tradisional di setiap objek-objek pariwisata dan tempat-tempat strategis dengan kemasan zaman now. Cara ini cukup strategis dalam rangka nguri-nguri budaya luhur tari tradisional. Dalam hal ini tari tradisional bisa diiringi musik tradisional yang dipadu dengan musik modern.

Ketiga, perlunya diadakan pagelaran di setiap lembaga pendidikan. Strategi ini merupakan paradigm yang handal untuk  melestarikan tari tradisional. Pagelaran yang dimaksud dilaksanakan secara rutin dan berkala.

Dengan demikian, tari tradisional akan tetap eksis di tengah masyarakat modern yang sedang dalam transformasi industri.